Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain. Komunikasi dapat dibagi beberapa kelompok sesuai dengan individu yang terlibat, antara lain komunikasi intrapersonal (komunikasi yang dilakukan oleh satu orang), komunikasi interpersonal (komunikasi yang dilakukan oleh dua orang), komunikasi kelompok (dilakukan oleh sekelompok orang), dan komunikasi massa (dilakukan banyak orang yang jumlahnya tak terbatas). Dari beberapa komunikasi diatas yang sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari adalah komunikasi interpersonal.
Komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh dua orang ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan bertatap muka dan bermedio (melalui media). Pada zaman dulu sebelum teknologi komunikasi berkembang dengan pesat komunikasi dengan cara tatap muka ini sangat efektif dan sering. Jadi intensitas ketemu dalam tatap muka disini sangat tinggi tetapi pada zaman era digital ini banyak orang menggunakan media untuk berkomunikasi secara interpersonal.
Komunikasi interpersonal tatap muka ini mempunyai banyak kelebihan. Salah satu keunggulannya adalah feedback antara komunikator dan komunikan akan diterima secara cepat dan dapat melihat pula reaksi yang menjadi komunikasi non verbal dari komunikan itu sendiri. Keunggulan yang lainnya adalah terdapat kedekatan emosional karena intensitas dalam berkomunikasi. Selain itu juga bisa mengurangi noise dalam berkomunikasi karena terjadi secara langsung dan bila ada gangguan langsung bisa dikonfirmasi. Kemudian juga dapat menyampaikan suatu pesan dengan hanya komunikasi non verbal tanpa komunikasi verbal. Dalam tatap muka ini tidak memerlukan biaya dalam melakukannya karena dilakukan secara langsung dan continue , sehingga mengobrol dalam jangka waktu yang lama tidak mengeluarkan biaya. Jadi dalam tatap muka ini emosi atau perasaan antara komunikator dan komunikan lebih terlibat dan mengurangi kebohongan karena mimik wajah akan terlihat langsung oleh lawan bicaranya.
Selain mempunyai kelebihan, komunikasi interpersonal tatap muka juga mempunyai kelemahan. Yang menjadi kelemahan utamanya adalah mengenai efisiensi waktu, yang dimaksudkan disini adalah efisiensi waktu untuk bertemu. Setiap orang mempunyai kesibukan masing-masing sehingga untuk melakukan komunikasi tatap muka diperlukan waktu yang tepat agar keduanya dapat bertemu dan melakukan komunikasi interpersonal tatap muka. Lalu kelemahan yang lainya adalah tidak dapat berkomunikasi dengan orang yang ada di tempat yang berbeda karena jangkauan tatap muka ini sangat terbatas sehingga memerlukan media untuk menghubungkan antara satu sama lain agar dapat berkomunikasi. Jadi dalam tatap muka ini yang menjadi kendala adalah waktu dan jangkauannya yang terbatas.
Setelah diatas dipaparkan mengenai kelebihan dan kekurangan komunikasi interpersonal tatap muka maka komunikasi non verbal bermedio pun juga mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri. Salah satu kelebihannya adalah efektif dalam waktu karena dapat berkomunikasi dengan jarak jauh, antara satu sama lain tidak berada ditempat yang sama tetapi masih bisa berkomunikasi dan jangkauannya dapat keseluruh pelosok di dunia. Kelebihanya yang lain adalah bisa menjalin komunikasi secara cepat karena tidak perlu untuk bertemu atau bertatap muka langsung. Lalu kelebihan lainnya adalah komunikasi bermedio bisa dilakukan sambil mengerjakan sesuatu yang lainnya misalnya menelepon sambil memasak. Media yang digunakan komunikasi bermedio ini banyak macamnya, antara lain, surat, telepon, dan internet yang sekarang sedang menjadi trend khususnya dikalangan remaja.
Kelemahan dari komunikasi interpersonal bermedio pun juga ada dan menjadi kendala dalam orang menggunakan media itu sendiri. Kelemahan komunikasi bermedio salah satunya adalah antara kedua orang tersebut kurang bahkan tidak merasakan kedekatan emosional karena tidak melihat wujud fisik dari lawan bicaranya. Kemudian yang menjadi kelemahannya juga ketika berkomunikasi tidak dapat melihat komunikasi non verbal yang diberikan komunikator kepada komunikannya padahal komunikasi non verbal itu penting dalam melakukan komunikasi agar terbentuk mutual understanding antara keduanya. Lalu kelemahan yang lainnya adalah banyaknya noise yang terdapat pada komunikasi bermedio, misalnya dalam penggunaan media surat terdapat kesalahan dalam penulisan surat maka pesan yang akan disampaikan tidak sampai kepada komunikannya, sama hal nya seperti ketika berkomunikasi menggunakan mobile phone ditempat terpencil jika batere habis atau signal tidak ada maka komunikasipun tidak akan terjalin. Selain itu komunikasi bermedio juga memerlukan biaya yang cukup banyak atau bisa dibilang cukup mahal, yang dimaksudkan disini adalah ketika penggunaan telepon maupun internet. Mengobrol dengan menggunakan telepon sangat terbatas karena mahalnya biaya yang akan dikeluatrkan untuk berkomumikasi jadi hanya dapat menyampaikan pesan seperlunya saja agar tidak memerlukan biaya yang lebih. Begitu juga dalam penggunaan internet, biaya yang dikeluarkan lebih banyak daripada berkomunikasi dengan telepon karena harus mempunyai perangkat PC atau laptop beserta dengan jaringan telepon yang disambungkan untuk mengakses internet itu sendiri, kalaupun tidak menggunakan PC atau leptop sendiri maka akan mengeluarkan biaya untuk ke warnet untuk mengakses internet. Kemudian jika menggunakan media internet dalam melakukan komunikasi bermedio maka diperlukan keahlian khusus dalam mengoperasikan komputer maupun situs-situs yang ada di internet itu sendiri. Selain itu banyak kebohongan yang terdapat dalam penggunaan media terlebih media virtual karena tidak dapat melihat gerak-gerik maupun gesture yang diungkapkan dalam non verbal dari lawan bicaranya dan pesan yang disampaikan tidak dapat sepenuhnya dipertanggungjawabkan karena tidak ada bukti yang otentik.
Setelah mengetahui kelebihan dan kekurangan dari komunikasi dengan tatap muka maupun bermedio, dalam penggunaannya tergantung pada kebutuhan masing-masing. Jika ingin melakukan pendekatan secara emosional maka butuh komunikasi dengan tatap muka tetapi jika ingin berkomunikasi dengan orang yang tidak ada dalam satu tempat maka menggunakan komunikasi bermedio.
Dapat disimpulkan juga bahwa komunikasi dengan tatap muka lebih efektif karena dapat bertemu langsung dan dapat dilakukan oleh semua orang tanpa terkecuali sedangkan komunikasi bermedio terlebih media virtual tidak dapat dilakukan oleh semua orang karena terbatas oleh banyak hal, seperti biaya, waktu, maupun keahlian untuk mengoperasikannya. Tetapi pada akhirnya fungsi dari keduanya itu sama yaitu untuk menjalin komunikasi interpersonal.
kristi destiana
Senin, 13 Desember 2010
KOMUNIKASI NON VERBAL
(Dari Pengamatan dan Analisis Perilaku Non Verbal di Lingkungan Fisip Atma Jaya Yogyakarta)
Komunikasi merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan ini. Tanpa adanya komunikasi tidak akan terciptanya hubungan yang berjalan harmonis baik hubungan keluarga, pertemanan, maupun relasi bisnis. Komunikasi merupakan penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan yang bertujuan untuk menciptakan mutual understanding antara keduanya. Dalam kehidupan sehari-hari ada dua jenis komunikasi yang digunakan yaitu komunikasi verbal dan non verbal. Komunikasi verbal merupakan komunikasi dengan menggunakan bahasa(sistem kode verbal) baik lisan maupun tulisan sedangkan komunikasi non verbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan-pesan verbal (menggambarkan peristiwa diluar bahasa verbal). Kedua jenis komunikasi ini dalam kenyataannya bisa dilakukan bersamaan, tetapi komunikasi non verbal yang lebih sering digunakan untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari, terlebih pada tingkat kedekatan hubungan tertentu.
Banyak orang lebih sering menggunakan bahasa non verbal karena bahasa non verbal itu sendiri mempunyai banyak fungsi. Fungsi bahasa non verbal yang pertama sebagai repetisi, yaitu mengulang kembali maksud yang telah disampaikan dengan bahasa verbal, misalnya mengatakan iya lalu menganggukan kepala. Kemudian yang kedua berfungsi untuk Substitusi yang dimaksudkan sebagai pengganti dari lambang-lambang verbal, misalnya saat ditanya untuk menunjukan sebuah arah, maka hanya menjawab dengan menunjukan arah dengan tangan saja tanpa mengucapkan apa-apa. Yang ketiga berfungsi sebagai kontradiksi yang dimaksudkan untuk menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain terhadap pesan verbal, Misalnya saat ingin menyindir orang tetapi nada merendahkan tetapi menggunakan kata verbal yang memuji (tulisanmu bagus sekali àdengan mimik muka yang meremehkan). Yang keempat sebagai Komplemen, yaitu melengkapi dan memperbanyak makna pesan nonverbal, contohnya saat kita merasakan senang tetapi hanya diungkapkan dengan senyuman atau tawa. Yang terakhir berfungsi sebagai Aksentuasi yang dimaksudkan untuk menegaskan pesan verbal, misalnya saat menunjukan arah kanan maka tangan ikut menunjuk ke arah kanan untuk mempertegas.
Dalam komunikasi non verbal ini terdapat macam-macam bentuknya yang dapat digolongkan menjadi 5 golongan, yaitu :
- Pesan kinesik : Pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh yang berarti, terdiri dari tiga komponen utama: pesan fasial, pesan gestural, dan pesan postural.
2. Pesan proksemik : pesan yang disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang, yang biasanya dengan menunjukan jarak maka memperlihatkan tingkat kedekatan suatu hubungan
3. Pesan artifaktual : pesan yang diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian, dan kosmetik.
4. Pesan paralinguistik : pesan nonverbal yang berhubungan dengan cara mengucapkan pesan verbal, satu pesan verbal yang sama akan diartikan berbeda ketika berbeda cara pengucapannya.
5. Pesan sentuhan dan bau-bauan : pesan sentuhan yang disampaikan ke kulit, yang mampu menerima dan membedakan emosi yang disampaikan orang melalui sentuhan, dengan sentuhan yang menggunakan emosi tertentu akan mengungkapkan perasaan seperti kasih sayang, jengkel, dll. Pesan bau-bauan digunakan untuk menyampaikan pesan menandai wilayah mereka, mengidentifikasikan keadaan emosional, pencitraan, dan menarik lawan jenis.
Komunikasi non verbal memang lebih sering digunakan untuk mengungkapkan sesuatu yang tidak bisa diungkapkan dalam bahasa verbal. Seperti juga fenomena yang terjadi di lingkungan FISIP Atma Jaya yang menggunakan komunikasi non verbal untuk berkomunikasi sehari-hari. Setelah diamati banyak sekali komunikasi non verbal yang dilakukan di FISIP baik dosen, mahasiswa, maupun karyawan. Komunikasi non verbal yang dilakukan lingkungan FISIP antara lain :
v Saat pertengahan atau hampir akhir proses perkuliahan banyak mahasiswa yang sudah tidak berkonsentrasi pada materi kuliah. Banyak yang mengobrol dengan teman, menguap, memainkan rambut, ataupun menulis sesuatu yang tidak ada artinya. Perilaku para mahasiswa itu menunjukan komunikasi non verbal bahwa mereka bosan atau sudah lelah mengikuti perkuliahan.
v Saat mahasiswa mendapatkan giliran untuk presentasi di depan kelas mereka banyak yang melakukan komunikasi non verbal seperti garuk-garuk kepala padahal tidak gatal, menggoyang-goyangkan kaki, melihat kebawah maupun keatas, atau menggigit-gigit bibir. Perilaku mereka itu menunjukan komunikasi non verbal karena grogi. Mereka melakukan hal itu secara spontanitas dan tidak direncanakan.
v Komunikasi non verbal proksemik juga ada di lingkungan FISIP. Komunikasi ini terlihat saat mahasiswa berbicara kepada dosen, mereka menjaga jarak karena antara dosen dan mahasiswa terjadi hubungan yang formal. Sedangkan antara mahasiswa dengan mahasiswa lainnya jarak semakin sempit karena kedekatan hubungan mereka. Seperti saat mereka kerja kelompok dan ada yang lelah atau mengantuk maka menyenderkan kepala dibahu temannya. Ada juga yang mereka yang saling berpelukan atau cipika-cipiki saat bertemu karena mungkin mereka jarang bertemu walaupun hubungan mereka hanya pertemanan tetapi sudah dekat dan tidak ada jarak lagi, hal itu dilakukan baik cewek ataupun cowok.
v Melihat gaya berpakaian warga FISIP pun bermacam-macam baik dosen maupun mahasiswa. Gaya berpakaian ini merepakan komunikasi non verbal untuk pencitraan dirinya. Seperti ada dosen yang bergaya nyentrik dan seletah diatelusuri ternyata kepribadian dosen itu juga nyentrik. Kemudian ada juga dosen yang berpakaian sederhana dan rapi yang menunjukan kepribadian dosen tersebut yang lemah lembut, penyayang, dan keibuan. Lalu ada mahasiswa gaya berpakaiannya fashionable yang menunjukan bahwa orang itu sangat mengikuti mode zaman dan untuk menunjukan eksistensi dirinya.
v Komunikasi non verbal paralinguistik pun ada di lingkungan FISIP, hal ini dipengaruhi kepribadian ataupun latar belakang budaya setiap orang. Misalnya mengucapkan kalimat pernyataan yang sama jika dikatakan dengan nada tinggi dan tidak maka pemaknaan pernyataan tersebut akan berbeda walaupun yang dimaksudkan itu sama.
Banyak sekali komunikasi non verbal yang dilakukan oleh warga FISIP. Mereka melakukan hal tersebut dengan banyak tujuan. Bisa karena mereka tidak bisa mengungkapkan suatu perasaan dengan menggunakan bahasa verbal, ada juga mereka yang ingin menunjukan ekspresi yang mereka rasakan. Biasanya komunikasi non verbal ini lebih mengena bila dilakukan daripada hanya sekedar menggunakan bahasa verbal.
Selasa, 21 September 2010
Teori Interaksional
Teori Interaksional
Model interaksional dikembangkan oleh Wilbur Schramm pada tahun 1954 yang menekankan pada proses komunikasi dua arah diantara para komunikator. Dengan kata lain, komunikasi berlangsung dua arah yakni dari pengirim dan kepada penerima dan dari penerima kepada pengirim. Proses melingkar ini menunjukkan bahwa komunikasi selalu berlangsung. Para peserta komunikasi menurut model interaksional adalah orang-orang yang mengembangkan potensi manusiawinya melalui interaksi sosial, tapatnya melalui pengambilan peran orang lain. Patut dicatat bahwa model ini menempatkan sumber dan penerima mempunyai kedudukan yang sederajat. Satu elemen yang penting bagi model interkasional adalah umpan balik (feedback), atau tanggapan terhadap suatu pesan.
Ada beberapa komponen-komponen khusus dari komunikasi interaksional, antara lain komunikator interaksional yang merupakan penggabungan kompleks dari individualisme sosial, yakni seorang individu yang mengembangkan potensi kemanusiawiannya melalui interaksi sosial yang dilakukan dengan orang lain, dimulai dengan orang terdekatnya seperti keluarga dalam suatu tahap yang disebut tahap permainan dan terus berlanjut hingga kelingkungan luas dalam suatu tahap yang disebut tahap pertandingan. Sebagai diri sosial, maka penggagambaran yang tepat untuk individualitas komunikator adalah role (peran). Menurut Mead, peran dan diri (yakni diri sosial) adalah identik. Identik yang dimaksudkan disini adalah ketika diri akan berkembang hanya melalui interaksi dengan orang lain. Bisa dikatakan juga, semenjak individu mencari perannya dalam masyarakat dengan berhubungan dengan orang lain berarti ia sedang berada dalam proses pengembangan diri dengan mengambil peran “orang lain “ dan mengamati “diri” sebagai obyek orientasinya. Sebagai pengambil peran, komunikator merupakan aktor dalam dan pengamat pada proses komunikatif. Tugasnya adalah mengamati perilaku diri (sebagai obyek) dan orang lain, dan untuk menyesuaikan perilakunya sesuai dengan itu.
Komponen lainnya dalam pengambilan peran dari perspektif interaksional adalah orientasi. Nwanko (1973) menerapkan model tindakan komunikatif A-B-X dari Newcomb untuk menggambarkan definisi komunikasi interpersonalnnya. Dalam proses pengambilan peran dan menyelaraskan perilaku, secara jelas komunikator berhubungan dengan objek, mengarahkan perhatiannya kepada objek, dan memformulasikan pengkajian atas objek tersebut. Jika kita menvisualisasikan A dan B nya Newcomb sebagai komunikator setting minimal 2 orang, dalam proses komunikasi dan tindakan kolektif setiap komunikator mengorientasikan dirinya kepada semua orang (dirinya sendiri dan orang lain). Jadi A berorientasi pada A (diri) dan B (orang lain), dan B berorientasi baik kepada A (orang lain) dan B (diri) sendiri. Dengan begitu,orientasi hanyalah menunjukan arah dalam proses pengambilan peran.
Lambang juga merupakan komponen yang tak kalah penting dalam komunikasi interaksional. Lambang yang diartikan selama lebih dari satu orang dalam situasi yang sama dapat mengambil peran dengan hasil yang sama. Kesamaan dalam pengalaman pengambilan peran yang dijalankan oleh individu-individu yang berbeda mengandung arti adanya sistem sosial yang mempersatukan. Individu-individu itu termasuk dalam sistem sosial tersebut atau mengidentifikasikan diri mereka.
Daftar Pustaka
Langganan:
Postingan (Atom)